Senin, 22 September 2014

Gabus Kalimas

Sabtu
Rencana turun mancing pagi-pagi gagal total, Maknyah minta di antarkan  ke Pasar Tengah. Well tu the well well... mau tak mau tancap gas laksanakan tugas.


Pulang dari pasteng hampir jam 12 siang. Cuaca panas "bedengkang" membuatku mengurungkan niat untuk segera ngacir ke spot gabus. Daripada bengong, kulanjutkan saja pekerjaanku semalam melapisi body beberapa SangunJF dengan lem cepat kering dilanjutkan dengan pemasangan skirt. Hingga jam 13.00 siang rampung juga 7 biji kodok kayu.

Tepat jam 14.00 Wib aku berangkat. Tujuanku Kalimas seberang. Namun, baru sampai di Pal 9 langit ke arah Kalimas tampak gelap. Akhirnya ketika tiba di Parit penjara, aku memutuskan belok kanan. Wow, jalan sepanjang tepi kanal sudah beraspal mulus. Sampai di sebelah kebun jeruk aku berhenti sejenak. Kuperhatikan kanal di seberang sawah tepiannya tampak lapang. Kebetulan air baru saja pasang naik, tak salah pikirku singgah sejenak untuk menguji ke-7 JF rautan tanganku.

Parkir motor di dekat baliho yang tulisannya sudah tidak jelas lantas berjalan menyusuri pematang antara sawah dan kebun kelapa. Sampai di tepi kanal nyalain rokok, minum air mineral lantas setting tackel. Tas ku letakkan di atas tanah lantas membongkar kotak umpan. Pilihan pertama jatuh pada Sangun dengan ekor warna warni, ekor bekas dari spinner dan beberapa JF yang actionnya gagal. Begitu di lempar, tuiinngggggg... Sangun anyar tersebut terbang jauh. Ketika di retrive, Alhamdulillah, langsung meloncat-loncat dengan indah disertai cipratan air yang meriah plus bunyi cepluk-cepluk setiap kali mulutnya menabrak air. Satu-persatu dari Sangun baru yang ku bawa ku test. Semuanya sukses.

Angin kencang yang tiba tiba datang membuatku hampir saja membatalkan niat untuk menyusuri kanal hingga jembatan kecil di ujung kanal. Beruntung barisan pohon pisang yang berjejer rapi di sepanjang tanggul kiri cukup buat penghalang angin hingga tidak terlalu mempengaruhi lemparanku, kebetulan pula JF yang aku buat rata-rata berukuran besar dan terasa berat dengan panjang 5 hingga 6 cm. Sayang hingga sampai ke jembatan tak ada satupun sambaran. Aku berbalik arah ke tempat semula sambil terus melakukan lemparan ke sana ke mari, tetap saja nihil. 

Beranjak dari kanal tersebut aku melanjutkan perjalanan. Sampai di sebuah kolam pemancingan baru. Aku berhenti sejenak didepannya, terlihat seseorang sedang fight dengan ikan, sayang mocel. Kuteruskan perjalanan dan berbelok ke kanak memasuki tanggul dengan pintu air yang baru pula. Sampai di persimpangan kanal di tengah aku berhenti sejenak dan masuk ke kanal kecil di kanan. Hingga bagian ujung kanal yang bersemak tak ada satupun sambaran. Keluar dari kanal tersebut aku memacu lagi revo maknyah menuju arah berembang karena kulihat langit  ke arah Kalimas semakin gelap saja. Tiba di kanal dekat masjid aku belok kanan lantas masuk ke kanal kecil di sebelah kiri, tampak air semakin kencang masuk kekanal. beberapa kali lemparan di bawah pohon akasia tak membuahkan hasil aku keluar dari sana terus melanjutkan perjalanan. Sampai di depan pendok penggilingan padi, aku menyeberang kanal besar menuju tembusan kanal ke parit keladi, sayang air tinggi. Aku lantas keluar dari jembatan di ujung berbalik lagi ke jalan utama. Tiba di jalan bersemen aku memutuskan untuk mencoba ujung tanggul yang di dekat masjid tadi. Berjalan melintasi sawah yang baru habis panen lantas bolak balik di kanal tersebut. tetap saja nihil.

keluar dari sana aku melanjutkan perjalanan, tiba di perapatan kanal aku berbelok ke kiri yang kalau kita lurus bakal tembus ke Sungai Itik. Namun aku memutar lagi ke kiri menyusuri tanggul tanah yang di samping kanannya terdapat kanal bersih, sampai ujung kanal dekat pintu air yang berhadapan dengan tanggul utama Parit Keladi aku mencoba peruntungan. Hanya ada satu sambarabn kecil namun miss, ku ulang beberapa kali si kocolan tak lagi merespon.

Cabut dari sana aku memutuskan untuk langsung saja menuju kalan 5 di berembang darat. Ketika tiba di sana aku berhenti di ujung kanal buntu yang bermuara ke sungai besar. Gelamung-gelembung kecil di dekat semak di samping kanan kanal memuat aku tertarik untuk menggoda mama gabus. Mau tak mau Hinomiya mungil jadul turun tangan. Aseli bangbrow... lemparan pertama langsung di sambar. Jiahhhhh... strike deh. Fight sejenak dengan rumput dan tumbuhan air akhirnya si gabus nongol. Setelah sesi foto berahir, si gabus kulepaskan lagi, kasihan anak-anaknya ntar pada yatim piano. Gilaaaakkk... udah jam 14.30 baru strike seekor doank, ancoreeeeee....

Istirahat sejenak di dekat tumpukan padi yang ditutupi dengan terpal biru sambil ngebul-ngebul seperti biasanya. Puas beristirahat aku cabut dari kanal karena air semakin tinggi. Joran pancing belum ku kemas, aku memutuskan mampir sebentar ke bekas kolam pemancingan di berembang laut. Sanyang hingga jam 17.00 WIB tak ada satupun sambaran, Aku cabut pulang.

Minggu
Umpan Mancing Ikan Gabus
Sangun JF
Penasaran dengan hasil yang memuaskan kemaren, pagi-pagi selepas bantu-bantu di rumah aku berangkat jam 06.30 WIB. Sampai di Kalimas langsung menyeberang ke Kalimas seberang, Ambil kanan dan terus menyusuri kanal hingga sampai di pintu air pertama. Setting tackle dan lempar-lempar di kanal utama yang sepertinya baru beberapa hari lalu di bersihkan. Silih berganti dari ketujuh Sangun kemaren ku coba. Ada beberapa sambaran, sayang miss.

Beranjak dari pintu air pertama kau meneruskan perjalanan. Sampai di Pintu Air kedua, Aku mencoba lagi, Kali ini spinner baru buatanku yang dapat giliran karena kulihat air kanal masih tinggi. Dalam beberapa kali lemparan akhirnya nyagkut juga seekor kocolan. Seperti biasa, foto-foto dan kulepas lagi ke kanal. Pindah dari sana aku bergeser ke sebelah titian dari batang kelapa yang menghubungkan jalan di tanggul dengan sawah di seberangnya. Kali ini aku mencoba buzzbait buatan sendiri. Sayang, dua buas buzzbait buatanku tersebut actionnya kurang sempurna, yang satu mereng ke kanan dan yang satu lagi larikya ke kiri terus, cucccccoookkk ddeeeehhhh...

Bergerak lagi ke prapatan kanal dan kali ini lagi lagi Sangun beraksi karena kulihat arus air mulai melambat. Walhasil naik juga seekor kocolan. Alhamdulillah, Sangun JFku akhirnya amis lagi. Bolak balik dari perapatan sampai titian tadi aku berhasil strike beberapa kali. Hanya saja tak satupun dari gabsu tersebut yang ukurannya besar, kesemuanya ku taksir rata-rata paling tinggi 1 ons per-ekor. Kesemua gabus ku rilis kembali karena tak ada satupun yang cedera berat. Hook menancap paling di ujung bibirnya, jadi ku fikir aman-aman saja kalau aku lepaskan kembali.

Istirahat sejenak di bawah sebuah pohon sambil menikmati udara pagi, ngebul-ngebul sembari coba-coba cari singnal siapa tau bisa upload gambar gabus ke FB, sayang kuota bangkrutttt.... hihihihihih. Lajut lagi menuju kanal depan pondok pengolahan gula kelapa. Parkir motor di jalan utama lantas masuk ke dalam. Pada lemparan ke tiga, Sangun JF mendapat sambaran dahsyat. Si Gabus langsung melarikan diri ke bawah alga di tengah kanal. Dengan joran selentur venom 14lbs susah payah gabus ku tarik keluar. Wowwww... mamamiaaaa... seekor gabus gede landed. Fotonya... huaahahahaha... jangan tanya, belasan... Gabus ku amankan ke dalam karung bekas pupuk Pak tani dan ku ikat di semak tepi kanal.

Hari semakin siang, adrenalin terpacu lagi setelah barusan berhasil menaikkan seekor gabus yang lumayan gede. Bergerak terus ke dalam hingga sampai di rumpun bambu dan beristirahat sejenak. Mataku tajam mengawasi buih-buih kecil di seberang kanal tepat di bawah pelepah daun kelapa yang menjuntai ke tengah kanal. Setelah puas ngebul aku mengganti umpan dengan softfrog tiny surecat jadul berwarna kuning kehitaman. kodok bekas tempur beberapa tahun silam. Hook yang entah dari bekas kodok yang mana kupasang ke tiny tadi malam. Lagi-lagi pada lemparan pertama si tiny langsung di sambar, Finght sebentar dan senyap seketika. Yang nyangkut di body tiny hanya segumpal alga, aku memeriksa si tiny. Ternyata bodynya  kempes pada bagian punggung sehingga kedua ujung hook mencuat keluar, pertanda bahwa body tiny memang telah tercengkeram gigi si gabus. Sayang di bagian moncong , body tempat kawat sangkutan snap terkoyak kehingga baik kawat maupun hook maju ke depan  terbalik seperti biasanya, otomatis ujung hook susah menancap ke langit-langit mulut si gabus karena tertahan bagian belakang body... yaaaaaa.... mocceeelll.

Karena masih kesal, segera saja si tiny ku ganti dengan si Swan. Hingga ujung kanal dekat depan kebun jeruk, landed beberapa kocolan. Sampai di bagian kanal yang agak lapang, kembali Sangun JF dan saudara-saudaranya kuuji. Berturut-turut ketujuh-tujuh kodok kayu tersebut berhasil menggoda gabus. Karena karung yang kupakai menyimpan gabus di muara kanal tadi lumayan jauh, semua kocolan kulepaskan kembali ke kanal. Aku kembali bergerak ke arah semula menuju bawah pohon bambu.

Tak terasa sudah setengah sebelas siang. Aku kembali beristirahat. Buka baju brow, puanasnya edduunnnnn. Untung angin dari arah sawah bertiup terus dari tadi hingga acara ngebulku terasa menyenangkan. Mataku tetap mengawasi pergerakan anakan gabus di awah pelepah kelapa yang menjuntai ke tengah kanal tempat di mana mocel indukan tadi, ya pasti indukan karena kurasa perlawanan yang lumayan darinya.

Setelah puas beristirahat. Aku kembali mencoba menggoda si mamy gabus. Siapa tau mulutnya tidak terkena hook si tiny tadi. Ujung tombakku kali ini kembali ke Swan budug yang warnanya udah tidak karuan. Lemparan pertama tak mendapat respon. Lemparan kedua si gabus langsung menyambar dahyat. Kudiamkan sejenak memastikan apakah sambaran tersebut telak dan si swan tertelan habis. Handle ku putar perlahan, terlihat tali bergerak dan di tarik dari dalam air. Setelah merasakan sedikit kedutan di ujung joran, joran ku sentak dan strikeeeeee.... Akhirnya hookup sempurna. Lagi-lagi aku harus bersusah payah menaik gabus keluar dari alga, kepala gabus nongol sebentar di permukaan air, lantas si gabus kembali bergerak liar. Umpan dilarikannya ke bawah kangkung di tepi kanal, waduh, kutarik tarik tak bergerak. Terpaksa deh, nyebur. Setelah melewati perjuangan yang sedemikian melelahkan, akhirnya gabus berhasil aku taklukkan. Foto-foto seperti biasa dan si gabus kubiarkan tergeletak di samping tas pancingku. Mengaso sejenak sambil ngebul. Indukan kulepaskan kembali ke arah gerombolan anak-anaknya yang kini berada tepat di depanku di bawah pohon bambu.

Tak terasa sudah jam 11.30 siang. Pasukan cacing dalam usus sudah mulai ribut. Sambil bergerak kembali ke muara kanal aku kembali melakukan lemparan. Landed ladi dua ekor gabus ukuran agak kecil dari si mama tadi, Keduanya kuamankan ke dalam karung yang tadi ku ikat di tepi kanal. Tepat jam 12 siang aku cabut pulang membawa gabus satu karung 50kg (isinya 3 ekor gabus doank, jiakakakakakaka....)

Jika anda merasa artikel di blog ini bermanfaat dan ingin berlangganan, silahkan masukkan alamat email anda pada kotak di bawah ini:


Delivered by FeedBurner


Minggu, 14 September 2014

Nabaw Spinnerbait

Nabaw Spinnerbait
Belajar Mancing
Selepas melaksanakan tugas sebagai guide, mengantar rombongan keluarga dari kampung halaman, aku cabu ke spot. berhubung udah jam 9 lewat aku cabut ke spot terdekat, Jalan Karet. Kali ini misiku mengamiskan Nabaw Spinnerbait terbaru rakitan tanganku. Mumpung dapet skirt dan blade baru kemaren dari Muara Fishing Shop, namun karena bikinnya udah malem, jadinya cuman sebiji. SangunJF dan SengkuniJF juga cuman jadi beberapa biji, ya udah, pokoknya test...

Sampai di spot, kondisi air sedang konda, Segera saja setting perangkat. Lempar lempar hingga ujung kanal, namun tak ada satupun sambaran. Sangun dan Sengkuni yang aku test lagi-lagi Alhamdulillah sukses loncat-loncat. Hanya ada sebiji yang model moncongnya kubuat lebih miring beberapa derajat dari model-model.Namun sayang gagal meloncat-loncat maupun mengeleng-geleng. Kalau joran di twice aksinya jadi seperti popper.

Berbalik arah keluar dari tanggul aku mencoba spinnerbait rakitanku semalam. Hingga hampir setengah jam akhirnya ada juga seekor gabus yang kecantol. Setelah foto-foto dan bikin video rilis aku melanjutkan perburuan. 

Keluar dari kanal pertama kau mencoba peruntungan ke kanal lama di arah dalam menuju ke sungai itik.
penuh ganggang dan lumut. Belum sampai di kanal tujuan aku udah tergoda melihat sebuah kanal baru yang sepertinya belum lama di normalisasi. Tanya-tanya sama seorang Bapak-bapak di salah satu warung di tepi jalan katanya kanal tersebut baru dijumbo ( dibersihkan/dikeruk exavator ) sebelum bulan puasa kemaren. Tepi-tepi kanal sudah mulai tumbuh rumput bahkan ada yang menjulur hingga ke tengah kanal. Kondisi air yang sedang konda begini membuat air tenang dan tidak terlalu dalam, kutaksir paling dalam satu meteran, berarti aku bisa kembali mencoba Sangun dan Sengkuni. Dari depan warung aku mencoba melakukan long cast ke depan, ke muara kanal baru tadi. Baru dua kali lempar, Sengkuni mendapat sambaran. Lumaya seru finght dengan gabus di kanal lapang apalagi joran Venom 14lbs yang aku pakai actionnya masuk kelas
medium, cendrung ke low alias lentur malah. Joran meliuk kesana kemari ditarik si gabus. Selang beberapa saat kemudian si menyerah. Tawaku pecah seketika karena ternyata gabusnya hanya berukuran sedang, kutaksir paling hanya 3 atau 4 ons. Begitu pula Bapak-bapak yang menyaksikan aksiku tadi turut tertawa geli karena menyaksikan aksiku tadi yang mirip mirip orang lagi strike ikan paus, hahahahahaha.... Setelah Foto-foto ikan akan ku lepas kembali. Namun sebelum ku lepas terlebih dahulu Bapak-bapak tadi kutanya, apakah mau menggoreng gabus tersebut untuk jadi santapannya sekeluarga. Beliau mengiakan, gabus goerng enak katanya. Ya udah, gabus ku serahkan dan aku masuk ke warung, pesan kopi lantas ngalor ngidul soal mancing gabus. Dari beliau dan pemilik warung aku banyak mendapatkan informasi seputar spot-spot gabus di seputaran kotaku.

Setelah puas beristirahat. aku permisi untuk melanjutkan menelusuri kanal baru tadi hingga ke dalam. Parkir motor di depan warung lantar menyeberang melewati titian yang terbuat dari batang kelapa. Sampai di seberang aku mencoba peruntungan di Kanal utama. Lagi-lagi spinnerbait rakitanku berhasil menipu seekor gabus. Gabus tersebut ku lempar ke seberang dan di pungut Bapak-Bapak temanku ngobrol tadi. Sampai di muara kanal, umpan ku ganti dengan mini sangun. Dalam beberapa kali lemparan landed lagi seekor kocolan. Aku menoleh ke arah warung, si Bapak melaimbaikan tangan memberi isyarat agar ikannya jangan ku buang. Ikan gabus kecil tersebut kubiarkan tergeletak di tanah dan aku beranjak maju memerapa meter ke depan. Si Bapak tadi segera menyusul dengan membawa kantong plastik. Sayang, beberapa kali aku mencoba meminta si Bapak untuk jadi fotomodel, beliau selalu menolak. Tanpa terasa mentok ke ujung kanal yang landend kocolan melulu. Semua ikan yang ku dapat dipungut olah si Bapak tadi. 

Berbalik arah menuju muara kanal, aku tetap melakukan lemparan, dapt lagi beberapa kali strike. Hingga jam 10 pagi aku memutuskan menyudahi mancing kali ini. Setelah berbasa basi dengan si Bapak tadi aku cabut pulang.


Jika anda merasa artikel di blog ini bermanfaat dan ingin berlangganan, silahkan masukkan alamat email anda pada kotak di bawah ini:


Delivered by FeedBurner


Selasa, 03 Juni 2014

Mancing Mania Trans7

Lagi asik asik ngalor ngidul bareng kumendan Susanto Chai dan Liem Lie Hien, Komandan Wijayadi nongol. Semula ku kira si Jay mau ngasi job ke, mau kasi duit atau apalah, eh taunya ngajak nguber gabus bareng si Chepy Yanwar. Sontak kaget ndan, mimpi aja ga pernah (ngayal sering, hahahahaha...) 

Hari Pertama
Singkat cerita, hari petama kami berangkat ke spot pertama di Tayan di mana di sana kumendan Henry Siagian telah bersiap sedia. Aku yang untuk pertama kalinya dalam sejarah mancing keluar kandang alias trip jauh rada kagok juga. Meskipun targetnya gabus, tak urung membuat aku ketar ketir karena medan dan spot yang jauh berbeda di banding spot gabus di Pontianak. 

Mas Andre Indrodjanoe ( ssssssttttt.... lagi kerja nih )
Setelah kelengkapan siap, kami masuk ke sungai Tayan, tepatnya danau Pak Yakob (Pak Yakob adalah warga Tayan yang mengantar kami ke Spot).  Danau tersebut lebih tepat di sebut sebuah genangan air karena merupakan sisa air yang tertinggal di bagian tengah ketika debit air turun drastis atau pada musim kemarau. Bagian tengah danau di tumbuhi rumput dan alga. Hanya satu bagian di tepi danau yang agak luas kami jadikan tempat istirahat sekaligus satu satunya tempat yang agak leluasa untuk melakukan lemparan ke tengah danau.

Narsis dulu aaaahhh...
Sementara mas Andre dan Mas Fane mempersiapkan senjata tempurnya, Aku, Chepy, Jay dan Henry mulai melempar umpan. Aku dan Chepy mencoba melakukan lemparan ke tengah danau namun tidak ada sambaran sama sekali. Ketika melepaskan rerumputan yang tersangkut di hook soft froggy aku baru sadar kalau ternyata air di tengah danau agak hangat. Ini pasti yang menyebabkan para buruan kami mencari air yang agak sejuk. Kalau tidak ngumpet di dasar danau, di balik tumpukan daun daun kayu yang sudah mati, mungkin si gabus ini malah pada nyari mangsa di tepi. Dan benar saja dugaanku, Soft froggy yang di lempar Cheppy ke tepi danau di bawah ujung ujung daun pohon yang menjuntai hingga hampir menyentuh permukaan air mendapat sambaran, sayang miss.

Wijayadi in action
Melempar umpan ke tepi danau di mana ujung ujung dahan sampai ada yang menyentuh air membuat tantangan tersendiri, aku terlanjur membawa joran 198 cm, jadi kalang kabut juga. Aku dan Henry saling olok karena hanya kami berdua yang menggunakan joran panjang dan kaku yang menyebabkan kami agak kesulitan melempar umpan. Aku, Henry dan Jay mendapat beberapa kali strike, sayang gabusnya kecil kecil.

Setelah istirahat makan siang, kami berpindah ke spot yang kedua. Tempatnya lebih asik buat lempar-lempar. Sayang temperatur air pun sama seperti danau pertama, Permukaan air terasa hangat. Ada beberapa kali sambaran, sayang tak satupun yang berbuah strike. Kami memutuskan berbalik lagi ke spot pertama. Menjelang jam 3 sore kami memutuskan menyudahi mancing.

Lagi ngapain tuh ???
Dalam perjalanan pulang menyusuri sungai, Bro Henry mengajak kami mampir untuk mencoba lempar lempar umpan di samping jalan yang baru di bangun. Ahkirnya Cheppy strike juga. Sontak adrenalin kami terpacu kembali. Akupun tak ketinggalan strike seekor gabus yang lumayan gedenya. Hingga ke ujung jalan tak ada lagi sambaran. Jam 4 sore kami pulang.

Hari ke-dua

Wijayadi, Chepy dan Andre
Jam 9 pagi kami sampai ke Kakap di mana Pak Romero, Andika dan motoris sudah lama menunggu. Berangkat ke Tanjung Saleh dengan menggunakan dua buah kapal bermesin robin. Perjalanan ke spot lumayan melelahkan karena kondisi air yang sedang pasang surut menyulitkan kapal robin untuk masuk ke kanal sasaran kami. Aku, Pak Romereo dan Andika di boat kedua terpaksa melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki, lumayan brow, sisa capek kemaren masih belom ilang eh hari ini harus berjalan kaki pula... Tapi tetep ... cemungudhhhh...

Rasa lelah seakan hilang begitu saja ketika mendengar teriakan nyaring si Host MM7 yang super duper beken... Strikeeeeee... Yah, Cepy membuka strike pagi ini membuat kami semakin bersemangat. Aku, Andika dan Wijayadi segera saja beraksi menganggu ketenangan gabus di kanal tersebut dengan kodok-kodokan plastik sementara Pak Romero dan Bang Ali (motoris Pertama) menggunakan joran telscopic plus rell spinning dengan umpan kodok hidup, motoris kedua yang aku lupa namanya menggunakan joran tegeg biasa. Silih berganti kami strike hingga tak terasa sudah jam 11 siang. Kami beristirahat di bawah susunan daun nipah yang di bikin mirip tenda atau pondok darurat.

Jam 1 siang aku sudah mulai lempar lempar lagi, dapet lagi beberpa strike, sayang gabusnye kecil kecil. Andre juga dapet satu strike. begitu pula dengan Pak Romero dan motoris. Jam 2 siang kami bergerak ke titik ke dua. Berjalan melewati sawah yang belum lama habis panen. Chepy sempat terperosok ke parit dan Andre sempat terjatuh ke kanal yang kering karena titian dari batang kelapa yang sudah agak rapuh tak kuasa menahan berat badannya. Baik Chepy, Andre dan Fane sempat ku olok-olok soal wild fishing dan alam liar ketika kami istirahat di bawah pohon kelapa dan tau ngga brow... aku jadi malu sendiri ketika tau mereka ternyata jauh lebih sering berhadapan dengan bahaya ketimbang aku yang cuman jago kandang, wkwkwkwkwkw... malu sendiri jadinya.

Setelah puas istirahat dan ngalor ngidul, kami mulai lempar lempar, konon kanal ini ada Tomannya. Hingga bergerak ke ujung kanal aku hanya dapet satu strike anak toman dan ku rilis kembali ke parit kecil. Jam 4 sore di bawah mendung tebal kami pulang





Jika anda merasa artikel di blog ini bermanfaat dan ingin berlangganan, silahkan masukkan alamat email anda pada kotak di bawah ini:


Delivered by FeedBurner


Selasa, 27 Mei 2014

GT, Gabus Toleeeeennn


Trip bersama Ari Satya Permana

Kangen dengan spot lama, Parit Jawi yang seingatku terakhir ku kunjungi tahun lalu bersama Andika dan Alex. Berbekal beberapa buah Sengkuni terbaru, jam 9 pagi mantap ku geber motor menuju jalan Pal menyusul Ari yang sudah sedari pagi curi start lempar lempar si sana.


Setibanya di ujung pasar Kalimas, nyaris aku kehilangan kendali karena tak ku sangka jalan menuju pasar Punggur rusak parah sedemikian rupa. Karena kelengahanku juga sih, sibuk toleh kiri toleh kanan sepanjang perjalanan, ingat semua kenangan ketika dulu sedang hangat hangatnya belajar lempar kodok plastik. Sungai Belida, Kalimas, Parit Pinang, Mungguk Mas hingga parit berkat dan sungai lemak, tak kan terlupakan.

Sms dari Ari yang baru ku baca ketika singgah sejenak di jembatan pasar Punggur membuat adrenalin semakin terpacu. Bayangkan saja bro, sudah 3 ekor babon sukses ari tipu.

Jalanan yang rada extreme di Parit Jawi membuat pegal pergelangan tanganku. Aku memutuskan mematikan mesin revo ketika sampai di depan Masjid Parit Jawi. Seperti biasa, hehehehe... duduk di atas jok dan ngepul sembari menyapu pandangan ke perapatan kanal. Selesai mengotori paru paru dengan asap rokok aku melanjutkan perjalanan.

Di ujung jembatan ke dua aku akhirnya bertemu dengan kumendan Ari. Tanpa ba bi bu aku langsung setting pancing dan mulai lempar lempar. Nihil sambaran di kanal besar kami masuk ke perkebunan sawit kecil. Di salah satu kanal aku mencoba action beberapa jump frog yang baru kubuat dan alhamdulillah semuanya sukses renang gaya loncat-loncat. Ada beberapa kali sambaran namun miss karena sepertinya rata rata penghuni kanal cuman gabus-gabus kecil. Aku hanya strike seekor doank. Jam 2 siang Aku dan Ari cabut dari spot.

Ketemu Ivan dan Dimas

Ivan udah duduk manis menungguku di depan gang komplek tempatnya tinggal. Ngobrol sebentar dan kamipun segera melaju menuju Kalimas. Sebelum Kalimas aku memutuskan mengajak ivan setting tackle sekalian lempar-lempar di kanal setelah kanal kampung belida. 

Selang beberapa saat kemudian Dimas pun datang, Setting pancing lempar-lempar dan berhasil menaikkan seekor gabus. Wah, ga bisa nih... masa Dimas yang baru datang langsung strike. Aku dan Ivvan pun bergegas menyusuri kanal. Namun hingga ke ujung kanal tak ada satupun strike yang ada malah ketemu penyetrum lagi beraksi ... kaaammpprreeettttt

Kami ngacir menuju kanal ke dua, sempar dua kali mocel dan akhirnya aku berhasil menaikkan seekor gabus kecil sementara dimas dan ivan pada mocel. Heran... gabusnya pada kemana yeee...

Berpindah ke kanal ketiga sama sekali tak ada sambaran. Jam 11 siang kami memutuskan istirahat di pasar kalimas. Ngarol ngidul sambil minum es teh, segerrrrr...

Puas istirahat kami melanjutkan ke parit banjar. Aku sempat menjajal pancing ivan, eunak tenannn... smoooottthhhh... sempat disambar sekali sayang miss. 

Jam 2 siang aku pamit duluan.


Ngebetok same Ivvan dan Boedhi


Judulnya "mancing"
Rencana semula mau mancing rame rame bareng temen temen dari Siantan terpaksa di batalkan karena sesuatu dan lain hal. Terlajur sakau, alihkan sasaran ke Kanal sungai lemak. Kebetulan Boedhi Taboeti katanya pengen jalan jalan ke kampung halamannya dan Ivvan siap dengan perangkat "betokers" ... kumplit dah. 

Boedhi sampe duluan di punggur sementara aku dan Ivvan menyusul belakangan. Sampai di punggur kami istirahat sejenak ngopi ngopi ngalor ngidul. Sambil ngobrol aku setting pancing karena udah ga sabar pengen nyoba aksi beberapa jump frog yang baru kubuat. 

Beranjak dari warkop kami belok kanan menuju Sungai Lemak. Kusempatkan melempar beberapa jf ke kanal besar, lumayan, cuman sebiji yang ga mau loncat. 


Gabus Sungai Lemak
Tiba di kanal sungai lemak aku langsung beraksi di kanal utama, sayang hingga Ivan dan Boedhi datang menyusulku tak ada satupun sambaran, Kami lantas bergerak mengikuti jalan kanal yang sudah di rabat beton, menyeberangi sebuah jembatan dan sampai di area kanal kedua. Di tikungan kanal kami masing masing berhasil menaikkan seekor gabus. bergerak terus hingga ke ujung tanggul lumayan banyak yang berhasil kami naikkan. Istirahat sejenak di bawah pohon besar sambil menunggu beberapa pak tani yang menyelsaikan pemasangan papan untuk jembatan menyeberang ke salah satu kanal primer. Belum juga lantai jembatan selesai di pasang aku permisi untuk meresmikannya, hahahahaha... Ivan sempat mengeluarkan pancing betok namun sayang gak kuat melihat aksi aku dan boedhi yang terus melempar kodok kodokan di kanal primer.

Jam dua siang kami berpindah lagi ke area kanal pertama. Disana kami bertemu dengan Firman dan 2 orang temannya, rekan castinger pontianak juga. Akhirnya ber-enam kami menyusui kanal kedua di area pertama sungai lemak. Aku berhasil sutrek lagi. Budhi dan Ivan sibuk mancing betok sementara aku terus memburu gabus, sayang, sampai jam 4 sore hanya seekor yang berhasil ku naikkan. Jam 6 petang kami beranjak meninggalkan spot.



Jika anda merasa artikel di blog ini bermanfaat dan ingin berlangganan, silahkan masukkan alamat email anda pada kotak di bawah ini:


Delivered by FeedBurner